BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang
Agar dapat
bertahan hidup dan berkembang biak, manusia harus mampu merespon dengan cepat
dan tepat terhadap lingkungannya. Dalam hal ini peran sistem saraf sangat
diperlukan. Dikarenakan sistem saraf berperan dalam mengatur fungsi-fungsi
internal tubuh dan perilaku. Sistem saraf dapat mengintegrasikan informasi yang
sangat banyak, seperti yang dilakukan untuk berfikir dan berbicara pada manusia
(Campbell, 2005).
Untuk
homeostasis, misalnya, hipotalamus dan bagian lain pada otak menerima dan
mengolah data lingkungan internal tubuh dan mengirimkan perintah untuk
memerbaiki ketidakseimbangan ke organ-organ tertentu melalui neuron, yang
merupakan penyusun dari sistem saraf. Sistem saraf sendiri merupakan jaringan
yang bekerja berdasarakan sistem persinyala dengan cabang-cabang yang membawa
informasi secara langsung ke dan target khusus. Saraf dapat mentransmisikan
impuls engan cepat yatu 150 m/detik (lebih dari 330 mil per jam) oleh sebab
itulah informasi dapat dengan cepat merambat dari otak manusia ke efektor dalamtempo
beberapa mili detik (Campbell, 2005).
Sistem saraf bersifat
khas dalam hal kerumitan tindakan pengaturan yang dapat dilakukannya. Ia
menerima ribuan informasi kecil dari berbagai organ sensoris dan kemusian
mengintegrasikannya untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh (Guyton,
1995).
Sistem saraf manusia merupakan suatu jalinan jaringan
saraf yang kompleks dan saling berhubungan satu sama lain. Sehingga membentuk
suatu koordinasi dan mampu menafsirkan serta mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Karena hal itu terjadilah komunikasi antara
berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasa segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi, kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja dari
pengintegrasian dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan
tingkah laku individu (Feriyawati, 2005). Pada makalah ini akan dibahas
mengenai pengertian dari sistem saraf, struktur dan mekanisme sistem saraf
dalam mengkoordinasi tubuh.
I.2. Tujuan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk bahan materi ajar dan bahan pelajaran Anatomi Fisiologi Manusia,
2.
Untuk melatih keterampilan dalam karya
tulis ilmiah.
I.3. Manfaat Makalah
Adapun manfaat penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat
memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai Anatomi dan Fisiologi Sistem
Saraf kepada penulis dan pembaca,
2. Dapat
memberikan motivasi serta inspirasi kepada seluruh guru-guru yang ada di Indonesia maupun yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI) untuk terus menggali potensi diri dan berbagi pengetahuan serta pengalaman melalui program Satu Guru Satu Blog (SAGUSABLOG)
BAB II
ISI
ISI
2.1. Pengertian
Sistem Saraf
Sistem
saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam (Aisyah, 2013).
Sistem
saraf tersusun atas jaringan-jaringan saraf. Jaringan saraf terdiri dari
sejumlah neuron; sel saraf dan seratnya. Neuron adalah unit daar sistem saraf.
Terdapat berjuta-juta neuron dalam sistem saraf. Lalu ada neuroglia; sel yang
belum diketahui fungsinya, sebagian bersifat fagositik, penyerap, penghancur
mikroorganisme dan substansi asing yang masuk ke dalam jaringan saraf (Gibson,
2004).
Sistem saraf dianalogikan seperti kabel telefon,
persambungan saraf-saraf seperti sistem kabel, dengan otak yang berfungsi
sabagai kontrol pusatnya. Dasar fungsional sistem saraf adalah kombinasi sinyal
listrik dan kimiawi yang mengakibatkan neuron mampu berkomunikasi satu sama
lain (Campbell, 2005).
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
- Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
- Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
- Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar
2.2.
Fungsi Sistem Saraf
Secara
umum ada tiga fungsi sistem saraf yang saling berhubungan satu sama lain
membentuk sebuah siklus, yaitu:
1. Input,
merupakan pengantaran impuls dari reseptor sensoris ke pusat integrasi atau
suatu proses pengolahan informasi yang berasal dari lingkungan dan diteruskan
ke reseptor sensoris di dalam tubuh yang sesuai.
2. Integrasi dilakukan
sebagian besar pada sistem saraf pusat atau central
nevous system, yaitu otak dan sumsum tulang belakang.
3. Output
motoris, merupakan penghantaran sinyal dari sistem saraf pusat atau pusat
intregasi ke sel-sel efektor. Sinyal-sinyal tersebut dihantarkan melalui saraf
(Campbell, 2005).
Berdasarkan point-point di atas, fungsi sistem saraf dapat disimpulkan menjadi
3 pokok fungsi, yaitu:
- Fungsi kewaspadaan. Membantu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi disekitar untuk disampaikan ke alat indera.
- Fungsi integrasi. Menerima pesan (input data) sensorik dari lingkungan luar, interpretasi oleh CNS, mengatur informasi dan mengintegrasikan dengan informasi yang telah ada untuk menentukan jenis respon yang akan diberikan.
- Fungsi koordinasi. Setelah dari otak informasi yang sudah terintegrasi untuk mengirimkan pesan/perintah pada otot-otot dan kelenjar-kelenjar, menghasilkan gerak dan sekresi terorganisasi.
![]() |
Gamabar 2.2 Sistem Kerja 3 Komponen Sistem Saraf |
2.3.
Struktur Sel Saraf (Neuron)
Neuron
adalah unit fungsional dari sistem saraf yang berfungsi untuk menghantarkan dan
mengirimkan sinyal dalam tubuh dari satu lokasi ke lokasi lain. Ciri neuron
yang paling menonjol adalah adanya penjuluran mirip serat yang disebut dengan
prosessus sehingga sel mampu mecapai jarak yang jauh dalam menghantarkan
impuls. Walaupun memiliki banyak variasi, tetapi dari segi ciri, adalah sama,
yaitu sama-sama memiliki bagian berikut:
- Badan sel, Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel saraf berfungsi menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, stitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein
- Dendrit, Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel. Dendrit berasal dari bahasa Yunani yaitu dendron yang artinya adalah pohon. Dendrit merupakan suatu hasil dari adaptasi struktural yang meningkatkan luas permukaan neuron tempat neuron tertentu menerima impuls dari neuron lain atau reseptor sensoris.
- Akson, Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin dibentuk oleh sel-sel pendukung.Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann (sel pendukung) yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan (Gibson, 2004).
- Sel Neuroglial, biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang befungsi sebagai jaringan ikat.
e. Sinaps
Sinaps adalah titik
komunikasi antara satu neuron dengan neuron lain dalam satu jalur neural atau
dimana sebuah neuron berkomunikasi dengan sebuah sel otot atau kelenjar. Pada
titik ini, transmisi impuls terjadi secara kimia.
Untuk lebih jelas nya, mari simak video tentang strukur neuron berikut!
Berdasarkan bentuknya neuron
diklasifikasikan atas neuron unipolar, bipolar dan multipolar.
1. Neuron unipolar hanya
memiliki satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral dan berfungsi
sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrit.
Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensoril saraf perifer.
2. Neuron bipolar mempunyai dua
serabut, satu dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini dijumpai dalam epitel
olfaktorius, dalam retina mata dan dalam telinga dalam.
3. Neuron multipolar mempunyai
beberapa dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling sering
dijumpai pada sistem saraf sentral, misalnya pada sel ganglion otonom dan
lateralis medulla spinalis (Feriyawati, 2006).
Gambar 2.3. Bentuk Neuron |
Berdasarkan
arah transmisi impulsnya neuron diklasifikasi sebagai berikut:
1. Neuron sensorik (aferen) menghantarkan
impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal
ke SSP.
2. Neuron motorik menyampaikan impuls dari
SSP ke efektor.
3. Interneuron (neuron yang berhubungan)
ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.
2.4. Bagian-Bagian Sistem Saraf
2.4.1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari
seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan
otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang. Otak manusia merupakan organ vital yang
harus dilindungi oleh tulang tengkorak. Sementara itu, sumsum tulang belakang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang
sama-sama dilindungi oleh suatu membran yang melindungi keduanya. Membran
pelindung tersebut dinamakan meninges.
·
Otak
![]() |
Gambar 2.4.1.1 Bagian Otak |
Otak merupakan organ yang
telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa adalah sekitar
2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar 12
miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus
sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata,
tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin
berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke
dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan)
dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang
saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus.
Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah,
dan otak belakang.
Otak depan

Otak kanan sangat berpengaruh terhadap
kerja organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan
masalah yang berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri
mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif pada saat Anda
berpikir logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di antara bagian kiri
dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung
yang disebut dengan corpus callosum.
Talamus mengandung badan sel neuron yang
melanjutkan informasi menuju otak besar. Talamus memilih data menjadi beberapa
kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat
menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu talamus
menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk diterjemahkan dan
ditanggapi.
Hipotalamus mengontrol kelenjar
hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus juga dapat
mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat
seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat
dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan
kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi
sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti
siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian
yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat
banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan
kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang
mudah kita amati dari model torso.
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda
terhadap informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b.
Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c.
Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan dengan
pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia.
Otak tengah
![]() |
Gambar 2.4.1.2. Gambar Otak tengah |
Otak tengah merupakan bagian terkecil
otak yang berfungsi dalam sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan
motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak
di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus
opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak
tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut.
Otak belakang
![]() |
Gambar .2.4.1.3 Bagian otak kecil dan otak tengah |
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons varoli. Otak kecil berperan
dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan
mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan
penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak
kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor
dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh.
Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian
otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut
pons varoli.
Di bagian otak kecil terdapat saluran
yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan
medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan,
denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan
batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas.
Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.
Pons
varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan
pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih
dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal
tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini
umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama
otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional yang
disebut batang otak (brainstem).
2.4.2 Sumsum Tulang Belakang
(Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang (medulla
spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Seperti halnya
dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras,
sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila
sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di
area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki). Secara anatomis,
sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang dilindungi oleh
ruas-ruas tulang belakang.
2.4.3 Sistem saraf Perifer
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut
saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum
dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang
keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan
menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan
sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik
yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf
tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.
1.
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar
kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf
inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot
kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang
keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang
belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada. Saraf-saraf spinal tersebut
terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik.
Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai
berikut.
· Saraf olfaktori, saraf
optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.
· Saraf okulomotori, troklear,
abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut merupakan saraf
motorik.
· Saraf trigeminal, fasial,
glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan saraf gabungan
dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis saraf
kranial.
2.
Sistem Saraf Tak Sadar
(Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari,
secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan
tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan,
pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak
dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi
hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus dirangsang,
maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah diambil,
antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan menghambat
kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua.
a.
Sistem Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang
belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun
ada beberapa yang malah menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara
lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus.
Adapun fungsi yang menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan,
menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
b.
Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan
dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain
menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus,
mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi
kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan
keadaan yang normal.
![]() |
Gambar 2.4.3.2 sistem saraf parasimpatik dan simpatik |
2.5.
Penghantaran impuls saraf di sinapsis
Impuls-impuls dihantarkan dari sebuah neuron ke neuron
lain melewati suatu sinapsis yaitu suatu hubungan antara dua beuron atau neuron
dengan otot atau kelenjar. Sinapsis juga mampu menghambat penghantran impuls.
Suatu sinapsis mempunyai jarak ±20 nm yang disebut pula celah sinapsis.
Dari gambar di atas terlihat bahwa neuron yang membentuk sinapsis yaitu
neuron yang terletak sebelum sinapsis disebut neuron prasinapsis dan neuron
yang terletak setelah snapsis yang disebut neuron postsinaptik. Ujung-ujung serabut
akson prasinaptik membentuk struktur gelembung yang disebut bulbus akhir
sinapsis. Bulbus akhir sinapsis akan membentuk sinapsis dengan dendrit, badan
sel ataupun akson suatu neuron postsinapsis.
Penghantaran impuls saraf melewati sinap dibantu oleh senyawa kimia yang
disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dibuat oleh neuron (dari asam
amino) dan diangkut ke blubus akhir sinapsis dan disimpan dalam kantung kecil
terbungkus membran disebut vesikula. Bila suatu impuls sampai pada suatu bulbus
akhir inapsis dari sejumlah neuron presinaptik, diperkirakan sejumlah kecil ion
Ca+ memasuki bulbus akhir sinapis dari cairan interstitial yang akan
menyebabkan vesikula bergerak ke membran elah sinapsis dan menyatu dengan
membran sel sehingga neurotransmitter dilepaskan ke celah sinap.
Waktu yang diperlukan bagi impuls saraf untuk melewati celah sinapsis ±50
mili detik. Kelambatan ini disebabkan oleh proses elepasan neurotransmitter,
perjalanan melewati celah sinapsis, perangsangan neuron postsinaptik menjadi
permeabel terhadap Na+ dan proses masuknya inon Na+ ke dalam membran neuron
postsinaptik untuk mengawali terbentuknya impuls saraf pada neuron
postsinaptik.
Mekanisme timbulnya impuls pada membran neuron postsinaptik diawali
terikatnya neurotransmitter pada protein membran plsama neuron postsinaptik
yang disebut reseptor neurotransmitter. Pengikatan ini menyebabkan saluran Na+
pada membran plasma menjadi lebih permeabel terhadap ion Na+. Masuknya ion Na+
ke dalam membran sel menyebabkan depolarisasi dan merupakan awal terbentuknya
sebuah impuls.
Penghantaran impuls saraf di sinapsi juga mengalami penghambatan.
Penghambatan terjadi jika, neurotransmiter yang mengikat pada reseptor membran
menyebabkan membran kurang permeabel terhadap ion Na+, tetapi lebih permeabel
dengan perpindahan ion K+ ke luar membran sel dan ion Cl- masuk ke dalam sel.
Sehingga ada peningkatan negativitas internal atau hiperpolarisasi sel dalam
keadaan tidak dapat menghantarkan impuls.
Salah satu neurotransmiter adalah asetikolin (ach). Asetikolin dihasilkan
oleh neuron-neuron di luar otak dan tulang belakang. Setelah impuls saraf
sampai ke ujung serabut akson, ion Ca2+ masuk ke serabut akson dan menyebabkan
silepaskannya ach dari vesikula prasinaptik. Pada sinapsis antara neuron dan
otot, ach terikat pada reseptor neurotransmiter di membran serabut otot dan
meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan K+. Reseptor ach
merupakan protein integral dalam membran plasma serabut otot. Bila ach terikat
reseptor, menyebabkan salurannya membuka ion Na+ masuk ke dalam sel yang akan
menimbulkan impuls saraf yang berefek serabut otot berkontraksi.
Keberadaan ach
di sinapsis neuron-neuron dapat merangsang neuron untuk jangka waktu tak terbatas,
tetapi secara alami penghantaran impuls tidak terus menerus karena adanya enzim
asetilkolin esterase yang berperan menghambat Ach dengan memecahnya menjadi
asetat dan kolin sehingga membran saraf dalam keadaan repolarisasi. Jika ada
impuls lagi, vesikula melepaskan Ach, impuls dihantarkan, dan Ach digantikan
digiatkan lagi, asetat an kolin masuk kembali ke akson terminal dan diseintesis
kembali menjadi Ach oleh enzim kolin asetil transferase.
Untuk lebih jelas, mari simak video proses penghantaran impuls berikut!
2.6.
Penyakit Pada Sistem Saraf
Penyakit
dan kelainan dapat terjadi dan menyerang pusat saraf, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf. Otak adalah pusat
kendali dari semua aktivitas sadar kita untuk berpikir, berkemauan, mengingat,
dan sebagainya. Jika terjadi penyakit dan kelainan pada otak, maka dapat
menyebabkan perubahan dan gangguan yang dirasakan seluruh tubuh.
Penyakit dan kelainan otak dapat
menyebabkan kekacauan pikiran, emosi, gangguan fungsi organ tubuh, kelainan psikologis, dan sebagainya. 2.6.1.Encephaliti
Encephalitis berasal dari bahasa Yunani, yaitu encekphalos (otak) dan itis (peradangan) adalah peradangan otak. Encephalomyelitis adalah peradangan otak dan sumsum tulang belakang, dan meningoencephalitis adalah peradangan otak dan “meninges” (membran yang menutupi otak). Penyebab encephalitis paling sering adalah karena infeksi mikroorganisme atau zat-zat kimia seperti timbal, arsen, merkuri, dll.
![]() |
Gambar 2.6.1. Perbandingan keadaan otak normal dan Enchepalitis |
2.6.2. Stroke
Stroke merupakan penyakit yang
disebabkan kelayuan tiba-tiba otak akibat berkurangnya secara drastis aliran darah ke
suatu bagian otak atau akibat pendarahan dalam otak. Keadaan ini berdampak
antara lain kelumpuhan sementara atau menetap pada satu atau kedua sisi tubuh,
kesulitan berkata-kata atau makan, dan lenyapnya koordinasi otot. Penyebab
stroke yang menjadi faktor utama diantaranya adalah merokok, kolestrol tinggi,
diabetes, penuaan, dan kelainan turunan.
![]() |
Gambar 2.6.2. Kondisi pembuluh darah pada penderita stroke |
2.6.3. Alzheimer
Penyakit ini
ditandai dengan adanya kerusakan sel saraf dan sambungan saraf di kulit otak
dan kehilangan massa otak yang cukup besar. Gejala khas pertama yang muncul
adalah pikun. Jika kerusakan semakin buruk, maka kehilangan ingatan si
penderita juga semakin parah. Keterampilan bahasa, olah pikir, dan gerak turun
secara drastis. Emosi jiwa dan suasana hati juga jadi labil. Penderita
cenderung rentan terhadap stres. Mudah terombang-ambing antara marah, cemas,
atau tertekan. Pada tahap lebih lanjut, penderita kehilangan responsibilitas
dan mobilitas serta kontrol terhadap fungsi tubuh.
![]() |
Gambar 2.6.3. Kondisi neuron penderita Alzheimer |
2.6.4. Gegar Otak
Gegar otak merupakan penyakit yang ditandai dengan kehilangan
sementara fungsi otak yang oleh luka relatif ringan pada otak dan tak selalu
berkaitan dengan ketidaksadaran. Orang yang mengalami hal ini mungkin tak ingat
apa yang terjadi sesaat sebelum atau setelah luka. Gejala gegar otak antara
lain cadel berbicara, kebingunan berat, koordinasi otot terganggu, sakit
kepala, pusing, dan mual.
![]() |
Gambar 2.6.5. Kondisi otak penderita geger otak |
2.6.5. Epilepsi
Epilepsi adalah kelainan kronik yang
disebabkan oleh impuls berlebihan dari sel-sel saraf dalam otak yang dicirikan
oleh serangan mendadak dan berulang-ulang. Serangan dapat berupa sawan, hilang
kesadaran beberapa saat, gerak atau sensasi aneh bagian tubuh, tingkah laku
aneh, dan gangguan emosional. Serangan epilepsi umumnya berlangsung hanya 1-2
menit. Kemudian diikuti oleh kelemahan, kebingungan, atau kekurangtanggapan.
![]() |
Gambar 2.6.5. Kondisi otak normal dan epilepsi |
2.6.6. Narkolepsi
Narkolepsi
adalah gangguan tidur yang ditandai dengan serangan tidur
tiba-tiba dan tak terkendali di siang hari, dengan gangguan tidur di malam
hari. Penderita bisa mendadak tertidur di mana saja dan kapan saja bahkan saat
berdiri atau berjalan. Tidur berlangsung beberapa detik atau menit dan bahkan
lebih dari sejam.![]() |
Gambar 2.6.6. Keadaan penderita narkolepsi |
2.6.7. Afasia
Afasia adalah kerusakan dalam pengungkapan dan kepahaman bahasa yang disebabkan
oleh kerusakan lobus frontal dan temporal otak. Afasia bisa disebabkan oleh
luka kepala, tumor, stroke, atau infeksi.
![]() |
Gambar 2.6.7 Kondisi penderita afasia |
2.6.8.
Dementia
Demensia ditandai dengan kehilangan
sel saraf secara meluas dan penyusutan jaringan otak sehingga menyebabkan kemunduran
kapasitas intelektual yang kronis dan biasanya kian memburuk. Dementia paling
biasa terjadi di kalangan lansia meskipun dementia ini dapat menyerang segala
usia. Kondisi dementia dimulai dengan hilangnya ingatan, yang mula-mula tampak
sebagai ketidakingatan atau kelupaan sederhana. Ketika memburuk, lingkup
kehilangan ingatan meluas hingga penderita tak lagi ingat akan keterampilan,
sosial, dan hidup yang paling dasar sekalipun
BAB III
KESIMPULAN
Sistem saraf merupakan
salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari
reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan
makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungan luar maupun dalam
Secara
umum ada tiga fungsi sistem saraf yang saling berhubungan satu sama lain
membentuk sebuah siklus, yaitu: Input,
merupakan pengantaran impuls dari reseptor sensoris ke pusat integrasi atau
suatu proses pengolahan informasi yang berasal dari lingkungan dan diteruskan
ke reseptor sensoris di dalam tubuh yang sesuai. Integrasi dilakukan sebagian besar pada sistem saraf pusat atau central nevous system, yaitu otak dan
sumsum tulang belakang. Output
motoris, merupakan penghantaran sinyal dari sistem saraf pusat atau pusat
intregasi ke sel-sel efektor. Sinyal-sinyal tersebut dihantarkan melalui saraf.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil,
A. 2005. Biologi Jilid 3 Edisi 5.
Jakarta: Erlangga.
Feriyawati,
Lita. 2006. Anataomi Sistem Saraf Dan
Peranannya Dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. Sumatra Utara: USU Repostitory.
Gibson,
John. 2004. Fisiologi da Anatomi Modern
Untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Guyton,
Athur, C. 1995. Fisiologi Manusia Dan
Mekanisme Penyakit Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Surtiretna,
Nina. 2006. Mengenal Sistem Saraf.
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
|
Pack,
Phillip E. 2007. Anatomy and Physiology.
Bandung: Pakar Raya.
|
Sloane,
Ethel. 1994. Anatomy and Physiology: An
Easy Learner. Sudbury: Jones and Bartlett Publishers, Inc
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar